watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERMAINAN GILA

Kami adalah sepasang suami istri yang telah
menikah selama hampir 2 tahun dan belum
mempunyai anak. Istriku, Lena, berusia 25
tahun, cukup seksi dan manis dengan kulit
kuning langsat dan sebuah lesung pipit yang
menghiasi pipi kanannya. Lena cukup tinggi
untuk ukuran orang Asia, dengan tinggi 168 cm
dan berat 48 kg membentuk tubuhnya yang
34C-25-34. Sedangkan aku sendiri bernama Ara,
30 tahun, 185 cm A,aE" 80kg. Kulitku sedikit
gelap akibat hobi golfku yang sedikit agak
kelewatan. Orang bilang tubuhku atletis padahal
aku malas berolah raga. Paling hanya golf saja,
atau kadang-kadang renang.
Istriku bekerja di salah satu perusahaan multi
nasional di Jakarta dan mempunyai karir yang
cukup baik, sedangkan aku sendiri lumayan
sukses berwiraswasta sebagai kontraktor jalan
dan bangunan. Secara ekonomi dapat dikatakan
kami berkecukupan, apalagi kami tidak ada
tanggungan, baik saudara maupun orangtua.
Mungkin itulah yang menyebabkan kami hobi
“dugem” setiap malam minggu sekedar untuk
melepas lelah pikiran dan kejenuhan hidup di
Jakarta.
Namun di malam minggu itu ada sesuatu yang
lain yang mengubah hidup kami. Di malam itu,
sengaja atau tidak, untuk pertama kalinya istriku
berselingkuh di depan mataku. Dan aku
membiarkannya. Begini awal ceritanya..
“Ra, ayo dong.. Kok dandannya lama amat?!”
Lena, istriku, berteriak dari lantai bawah rumah
kami. Aku yang memang sedang mematut diri
di depan kaca tersenyum mendengarnya, lalu
membalas..
“Iya, sabar sayang, sebentar lagi!”
5 menit kemudian aku turun dan mendapatinya
sedang cemberut di sofa ruang tengah kami.
Lena tampak sangat “cute” dengan terusan tipis
berdada agak terlalu terbuka berwarna merah
marun, sedikit di atas lutut dan tanpa lengan.
Sepatu hak 7 cm dengan warna senada
menambah keserasian dan keseksiannya.
Dengan polesan make-up sederhana, ia tampak
manis. Sepertinya ia tidak mengenakan bra.
“Let’s go, babe.. Senyum dong. Kan mau
seneng-seneng?” demikian aku membujuknya
sambil kugamit lengannya yang mulus dan
halus.
“Hh.. BT nih nungguin kamu! Cium dulu, kalo
nggak aku ngambek..!” Lena memonyongkan
bibirnya lucu. Aku tersenyum, dan kucium
pipinya lembut.
“Cup! Tuh, udah dicium. Jangan ngambek lagi
dong. Yuk, kita berangkat”. Sedikit kutarik lagi
lengannya.
“Hei.. Di bibir. Masa di pipi? Dasar deh, nggak
romantis!” Lena makin cemberut dan
membuang muka, pura-pura ngambek. Maka
kupegang dagunya, dan kutolehkan wajahnya ke
wajahku, lalu kukecup bibirnya yang tipis itu. Tak
dinyana, Lena melakukan “french kiss” yang
membuat penisku agak mengeras.
“Hihihi.. Kok jadi sesak gitu, celananya? Payah
deh, gitu aja napsu”. Lena cekikikan sambil
tangannya mengelus ringan depan celanaku.
Penisku jadi makin keras. Tapi cepat kutampik
hal itu karena memang kita sudah harus
berangkat. Jam sudah menunjukkan pk. 11:30
malam.
“Namanya juga lelaki.. Hehe. Yuk, ah. Udah
malem nih, nggak enak nanti ditungguin teman-
teman”. Aku menggamitnya sekali lagi dan kali
ini Lena menurut. Berangkat juga kami akhirnya.
*****
Setibanya kami di sebuah Nite Club berlantai dua
di bilangan Kuningan, waktu telah menunjukkan
lewat tengah malam. Langsung saja kami
menuju lantai 2 yang menawarkan musik
bernuansa pop-jazz yang ringan dan mudah
dinikmati. Dari salah satu pojokan, seorang
sahabat Lena, Poppy, melambaikan tangannya
memanggil kami dan bereriak agak keras,
berusaha mengatasi suara hingar-bingar band
yang sedang beraksi.
“Yuhuu!! Sini, sini!! Ya amplop.. Malem banget sih
kalian?? Kita-kita udah pada mau pulang nih!”
Poppy meledek kami sambil pura-pura
menenteng tasnya dan berjalan pergi.
“Kalau jam segini udah mau pulang, kenapa loe
nggak nonton bioskop aja, Neng? Ati-ati ya di
jalan..” demikian sergah Lena. Aku cengar-cengir
saja memperhatikan mereka.
Kulihat “gank” kami yang biasa sudah kumpul
semua. Pertama ada Poppy dan pacarnya
(seorang keturunan Chinese yang cukup ganteng
bernama Benny). Mereka masih menunggu
restu orang tua untuk menikah karena, maklum,
berbeda suku/keturunan. Poppy adalah seorang
gadis Sunda yang entah mengapa mirip
keturunan indo. Lalu yang sedang menyalakan
cerutu kesukaannya adalah sahabat kentalku
Reno dan istrinya yang seorang model, Carol,
yang malam itu.. Hmm.. Luar biasa dengan rok
mini dari bahan kulit warna coklat tua, yang
memperlihatkan hampir seluruh paha mulusnya,
dipadukan dengan blouse ketat berlengan 3/4
warna putih dan cukup tipis. Ditambah dengan
sepatu hak tingginya membuatku menelan
ludah.
“Hi, guys. Sorry kemaleman. Abis gue
dandannya lama sih. Takut Carol nggak naksir
lagi, nanti. Anyway, Ren, bisa teler gue nyium
bau cerutu loe, jeg!”
Aku ngomong sekenanya sambil tertawa. Carol
senyam-senyum (GR kali) dan Reno pura-pura
pingsan sambil memeletkan lidahnya, sambil jari
tengahnya diacungkan ke arahku.
“Emang nih, genit deh Si Ara.” Lena berkata
seakan setuju dengan ekspresi Reno sambil
mencibir ke arahku dan tangan kirinya menjewer
telinga kananku keras-keras. Aaww!
Kulihat lagi duduk-duduk santai di sebelah
Poppy, sambil merokok, jelalatan dengan jakun
yang turun-naik karena memolototi makhluk-
makhluk feminin yang berpenampilan
“minimalis” alias 2/3 telanjang, dua bujang lapuk
kawan-kawanku sejak SMA, Gary dan Eddy.
Mereka tidak pernah membawa pasangan kalau
lagi di Club.
“Ngapain kita bawa makanan kalau mau ke
buffet?” demikian celetuk Eddy suatu waktu yang
lalu saat kutanyakan alasannya. Benar juga,
pikirku waktu itu. Hehehe.
“Jangan sampai gitu dong, prens.. Nanti bajunya
pada lepas semua!” sambil terbahak Benny
mendorong Gary agak keras sampai-sampai
Eddy yang duduk disebelahnya ikut terdorong.
Mata Benny yang agak sipit sampai tinggal
segaris.. Eh, dua garis deh.
“Sial, loe, Ben. Minuman gue ampir tumpah! Gue
guyur loe, ye!” Eddy mencak-mencak sambil
berlagak mau menyiram Benny dengan segelas
XO nya yang baru sedikit dicicipi.
“Sini, guyur ke dalam mulut gue. Hehehe.”
Benny mangap-mangap persis ikan koki. Kocak
sekali wajahnya. Lena dan Poppy sampai
tertawa keras sekali. Gary balas mendorong
Benny sambil menjitaknya pelan.
Begitulah, kami berdelapan memang sangat
akrab satu dengan yang lainnya, jadi memang
seru kalau sudah ngumpul semua begini. Rata-
rata sudah sekitar 5-10 tahun kami berteman.
Ada yang dari SMA seperti aku, Gary dan Eddy,
ada yang dari kuliah dan ada yang dari teman
sekantor, seperti Poppy dan Lena, dan Reno &
Eddy. Dari pertemanan seperti itulah kami
bertemu, merasa sangat cocok satu dengan
yang lainnya, dan lalu bersahabat seperti
sekarang.
“Gini, gini..” Gary tiba-tiba angkat bicara dengan
logat betawinya yang khas.
“Gue ade usul, dijamin seru. Tapi kagak ada
yang boleh marah atawa tersinggung. Gimane,
broer and sus?” Teman kita yang satu ini
memang segudang idenya. Ada yang waras tapi
lebih banyak yang aneh bin ajaib alias norak.
“Usul ape loe, Bang? Jangan kayak nyang
kemaren ye.. Bikin gue malu abis. Sompret loe!”
Eddy nggak mau kalah betawi.
Beberapa minggu yang lalu memang Gary
mengajak main “truth or dare” yang
mengakibatkan Eddy lari keliling lapangan parkir
salah satu restoran di bilangan Kemang dengan
hanya bercelana dalam. Kakinya yang kurus dan
tanpa bulu itu benar-benar pas buat diteriaki oleh
para pengunjung yang lain, “Wow, seksi bener
nih.. Tapi kok jenggotan ya??” Hobi temanku
yang satu ini memang memelihara jenggot sejak
SMA, dan cukup lebat pula.
“Diem dulu loe. Lagian ini buat para cewek-
cewek. Loe kan kakinya doang yang wanita,
sisanya waria..” sambaran maut Gary yang
demikian membuat Eddy mati kutu.
“Jadi..” lanjut Gary, “Setuju nggak?”
Kami saling berpandangan. Aku sendiri agak
was-was kalau Gary yang memberi usul, karena
biasanya diperlukan keberanian extra untuk
“bermain” dengannya.
“Apa dulu idenya?” Lena dan Poppy bicara
hampir bersamaan. Sedangkan Carol malah
cuek, asik mengepulkan asap berbentuk bulatan-
bulatan dari mulutnya. Mulai suka bercerutu ria
juga, dia ternyata. Reno juga agak cuek sambil
memeluk pinggang istrinya tersebut dengan
mesra sambil menciumi tengkuk Carol yang
jenjang. Sialan, pikirku. Si Reno hoki bener bisa
dapet bini kayak bidadari begitu. Aku tahu Lena
juga cantik, tapi yah, rumput tetangga memang
selalu terlihat lebih hijau!
“Loe pade lihat itu segerombolan cowok-cowok
yang di meja seberang?” Gary menyorongkan
dagunya ke arah yang dimaksud.
“Yang dari tadi gue perhatiin pada jelalatan
ngeliatin penyanyi cewek yang pantatnya bohai
itu.. Lihat kan?” lanjutnya antusias.
“Oh itu. Mau ngapain, Gar? Loe mau suruh bini
gue ke sono, terus nabokin satu-satu? Hehehe..”
Si Benny nyerocos nggak jelas. Apa dia mulai
mabok? Padahal cuma minum ice lemon tea
doang.
“Loe juga.. Diem dulu dong, broer.” Gary mulai
agak kesal.
“Gue lihat mereka udah pada horny semua gara-
gara ngeliatin pantat cewek penyanyi itu. Tuh,
lihat sampe mau megang segala. Ck ck ck..”
Memang kulihat mereka duduk sangat dekat
dengan panggung, jadi mungkin saja.
“Let’s play a game. I call it, ‘Seduce or be
seduced’ game.” Wah, mulai coro Inggris, Si
Gary. Gawat nih, pikirku.
“You go there, pick one or two or more guys,
whatever, and then dance with him. Try to
seduce him while dancing. If we see and decide
that you’re the one who got seduced, then you
loose and you must buy all of us here a round
of drinks.” Waduh bagus juga Inggrisnya bocah
ini ternyata, lho.
“Nyang ber-alkohol, ye!” Yah, jadi betawi lagi dia.
Sambil ngomong gitu, dia melirik ke arah Benny
yang masih asik dengan ice lemon tea nya
sambil nyengir jahat.
“Reseh loe, kunyuk!” Merasa disindir, Benny
nyolot.
“Gue lagi mau menjauhi minuman keras nih.
Supaya “itu” gue bisa lebih keras. Huahahaha!”
Kami semua sampai kaget denger kerasnya tawa
Benny. Orang satu ini memang dulunya jagoan
minum, tapi belakangan, entah mengapa
kegemarannya itu hilang tiba-tiba. Mungkin mau
mengambil hati orang tua Poppy.
“Udah keras banget kok, Yang..” Poppy
menggelendot manja di bahu Benny sambil
memberikan ekspresi horny.
“Berasaa banget..” katanya lagi. Ya ampun..
“Eh, Gar.. Loe mau jadiin bini gue perek, apa?”
kataku sedikit ketus. Sebenarnya aku deg-degan
juga kalau-kalau Lena tertarik sama ide gila ini.
“Kalau bini gue digrepe-grepe orang, gue
keberatan nih.” kataku lagi. Sebenarnya aku
sengaja supaya Lena makin tertantang.
Kukedipkan mataku ke arah Gary, dan langsung
dia paham. Dihisapnya rokoknya dalam-dalam
tanda mengerti akan maksudku.
“Tenang, Ra. This is just a game. Belum tentu
juga ada yang mau sama bini loe.” tandas Gary.
That’s done it. Mata Lena langsung melotot ke
arah Gary dan berdiri.
“Eh, denger ya, Bang betawi.. Lelaki yang nggak
suka sama gue pastilah hombreng atau buta
atau yang masih bayi. Ya nggak, Pop? Rol,
Carol.. Jangan nyerutu doang dong dikau.” Lena
menyerang membabi-buta. Tercium bau alcohol
dari mulut istriku.. Hmm pasti seru nih. Lena
akan sangat nekat kalau sudah fly.
“Iya nih, Si Abang. Tega nian kau berkata
demikian kepada kawanku yang bohay ini..”
Poppy mulai teler juga kayaknya.
“Carol.. Say something, sexy..” sambil ngomong
gitu Poppy mengelus-elus paha kiri Carol yang
terpampang mulus diseberangnya. Darahku
berdesir melihatnya.
“Wah, mulai ada ‘live show’ nih. Asiikk..” Eddy
tiba-tiba nimbrung sambil melihat ke arah Poppy
dan Carol. Padahal sepertinya dia tadi lagi asik
ngobrol sama seorang cewek ABG yang duduk
di meja sebelah kami.
“Iihh, Poppy.. Ntar gue basah nih loe elus-elus
gitu..” kata Carol sambil menjilat bibir sexynya
dengan gaya horny yang dibuat-buat. Gila,
pikirku. Bisa ngaceng berat nih gue.
“Gue rasa semua cowok di sini bakalan horny
sama Lena, tapi apakah Lenanya berani?? Hmm??
Berani nggak, sayang?” Yah, Poppy malah
nambah manas-manasin Lena.
Lena memandang sebentar ke arah Poppy yang
langsung asik lagi dengan cerutu dan ciuman-
ciuman kecil suaminya di tengkuk dan lehernya.
Tanpa berkata apapun, berjalanlah dia
menghampiri meja seberang yang penuh
cowok-cowok horny. Ada 6 orang jumlahnya.
This is one bad combination.. Satu cewek cantik
nan seksi setengah mabuk yang merasa
ditantang, dan sejumlah cowok-cowok keren
yang sudah sangat horny. Very bad.
Setiba di meja seberang, Lena langsung pasang
aksi. Aku dan teman-temanku
memperhatikannya dengan sedikit tegang. Mula-
mula kulihat dia berbicara dengan salah seorang
dari mereka sambil bergaya agak genit namun
tetap anggun. Tak berapa lama kemudian,
turunlah mereka ke lantai dansa sambil
bergandengan tangan. Lelaki itu berpostur sedikit
lebih pendek dariku, tapi sangat atletis. I think
he’s a gym rat. Kekar sekali, mungkin ada
keturunan Arabnya.
“Damn, beneran Si Lena. Are you OK, buddy?”
Reno bertanya setengah berbisik kepadaku.
“Fine. Gue mau lihat ini arahnya kemana. Tenang
aja dulu, man.” Ujarku ke Reno.
“Wah, mulai ngegrepe tuh orang.” Tangan lelaki
itu kuperhatikan mulai mengelus lengan atas
istriku yang terbuka. Terus dielus-elusnya, lalu
mulai turun ke pinggang dan berhenti di sana.
Saat dipegang pinggangnya, Lena berjoget
dengan seksi sambil mengangkat kedua
lengannya sambil meliuk-liukan pinggulnya
mengikuti irama musik pop-jazz. Liukan
pinggulnya yang seksi, ditambah dengan
ekspresi wajahnya, sungguh dapat membuat
lelaki manapun terangsang. Lalu wajahnya
sedikit didekatkan ke wajah Si lelaki sambil
tersenyum kecil. Jemari kirinya mengelus wajah
lelaki itu yang tampak macho dengan brewok
tipisnya. Diperlakukan demikian, Si lelaki mulai
berani, lalu tangan kanannya bergerak pelan ke
arah pantat istriku yang padat seksi itu. Mulai
dielusnya pelan pantat istriku, dan air mukanya
sedikit berubah karena didapatinya istriku
memakai G-string.
Kulihat ia berbisik sesuatu kepada istriku, lalu
istriku tertawa menengadah sambil tangannya
perlahan turun merangkul leher lelaki tersebut.
Terlihat begitu mesranya, sehingga bagi orang-
orang yang tidak tahu pasti mengira mereka
adalah pasangan yang sedang jatuh cinta. Istriku
lalu balas berbisik kepadanya, dan.. Hei! Lelaki itu
mendekap pantat istriku dengan kuat sehingga
dari pinggang ke bawah tubuh mereka
menempel erat.
Keduanya lalu bergoyang erotis sambil meliuk-
liukan pinggul mereka. Lena, istriku yang cantik,
tampak semakin seksi dengan gerakan-gerakan
itu. Kulihat semua teman-temanku menelan
ludah, baik yang pria maupun yang wanita.
Termasuk Carol, yang sudah hilang konsentrasi
pada cerutunya itu.
“Gila, gue jadi horny ngeliat bini lu sama tuh
cowok.” begitu celetuk Poppy. Kuperhatikan
wajahnya memerah dan dadanya naik turun.
Mungkin benar, napsunya naik. Kuakui, aku pun
demikian.
“Iya nih. Hebat! Gue akuin deh bini lu, broer!”
jakun Gary naik-turun. Aku tersenyum saja
sambil pura-pura tidak begitu peduli dan
menyalakan rokokku. Entah yang keberapa
batang.
Gerakan yang memutar itu kemudian berganti.
Lena dengan antusias tampak menggosok-
gosokkan selangkangannya ke selangkangan
lelaki itu, naik-turun, sambil merangkul erat
lehernya. Sang lelaki tak mau kalah, mulai
menciumi leher mulus istriku perlahan dari atas
sampai ke dekat belahan dadanya yang montok,
dan sebaliknya..
Begitu terus beberapa saat. Jelas terlihat dari
wajah mereka bahwa birahi keduanya sudah
memuncak. Tangan kanan Lena terlihat turun ke
pantat Si lelaki dan meremas-remasnya kuat.
Begitu pula tangan lelaki itu menyengkram erat
kedua bongkah padat pantat istriku yang masih
bergerak naik turun, perlahan namun pasti.
Makin lama kulihat gerakan Lena makin kuat dan
sedikit dipercepat. Wajahnya pun berubah jadi
lebih liar dan agak memerah. Dadanya yang
padat membusung makin dibusungkan dengan
tengadahnya kepalanya ke belakang. Remasan
pada pantat lelaki itu makin kuat dan sekarang ia
menghisap jari tengah kirinya sendiri. Lena
bergerak makin cepat, makin mantap..
Kepalanya semakin jauh terlempar ke belakang..
Hisapan pada jarinya semakin kuat..
Cengkraman pada pantatnya semakin menjadi-
jadi.. Dan.. Tiba-tiba pinggulnya berhenti
bergerak naik-turun. Terlihat pantat dan
selangkangannya berkedutan diatas
selangkangan lelaki itu, sambil bibirnya dengan
liar mengulum bibir lelaki tersebut yang terlihat
agak shock dengan itu semua. Lalu dengan
perlahan cengkraman mereka mengendur,
namun masih berciuman panjang dan mesra.
Lena, istriku yang sangat kucintai, milikku
seorang, mencapai orgasme dengan lelaki lain di
lantai dansa sebuah Nite Club dengan disaksikan
oleh setidaknya 12 orang. Lima di meja
seberang, dan tujuh di meja kami. Hatiku terasa
sangat kacau, antara kaget, bingung dan napsu
bercampur menjadi satu.
Kuperhatikan Lena berbisik lagi kepada lelaki itu,
Si lelaki mengangguk, tersenyum, mencium
pipinya. Istriku lalu kembali berjalan pelan ke
arah kami. Tanpa berkata apapun ia lalu duduk
bersebrangan denganku tepat di samping
Poppy, lalu meletakan kepalanya di bahu gadis
itu sambil menyender di sofa panjang tempat
duduknya. Tak berapa lama, ia tertidur.
Tak ada satupun dari teman-temanku yang
berani memandangku, kecuali Carol yang
memandangku dengan dingin sekali namun
menyelidik. Aku tidak tahu apa arti
pandangannya itu. Yang jelas, aku mencoba
sekuat tenaga seakan tak tahu apa yang terjadi
barusan, walaupun cukup jelas terlihat ada noda
basah di gaun Lena, tepat didepan
selangkangannya.
“Pop, tolong dong bangunin Lena. Kasihan dia
kayaknya capek banget. Kita duluan ya!” begitu
rokokku selesai kuhisap, kuminta Poppy untuk
membangunkan Lena, memberinya minum
segelas air putih dingin, dan aku
menggandengnya pulang setelah say goodbye
pada kawan-kawanku. Tak sepatah katapun
keluar dari mulut istriku.
*****
“Are you OK, babe?” tanyaku pada Lena, tanpa
menoleh, dalam perjalanan pulang kami di
dalam mobil.
Mobil ini adalah sebuah BMW seri 5 terbaru yang
merupakan hasil kerja kerasku sendiri. This car is
a testament to my success, and I’m so proud of
it.
“No.” ujarnya lirih. Lho, ternyata ada air mata di
kedua pipinya.
“Maafin aku, sayang.. Aku keterlaluan..”
tangisnya mulai keras dan terisak-isak.
“That was very wrong, I was so drunk and I am
so sorry it happened.” dengan terbata-bata
istriku berkata.
“It’s fine, babe. Aku sekarang hanya mau dengar
dari kamu sendiri, dengan detail, apa yang terjadi
tadi di sana?” kupertegas suaraku.
“I want you to be honest with me, and I will
forget it all”.
Lena menunduk sambil masih terisak pelan.
Diam seribu bahasa. Sampai akhirnya kami tiba
di rumah. Kutekan klakson mobilku pendek-
pendek dua kali, dan beberapa detik kemudian
pembantu rumah tangga kami terlihat tergopoh-
gopoh keluar sambil masih mengantuk. Kulirik
jam di mobilku. Pk 2:52 dini hari, nggak heran
kalau dia ngantuk.
Setibanya di kamar tidur, kubuka pakaianku satu
persatu, lalu masuk ke kamar mandi yang
terletak di dalam kamar. Lena menyusul tak lama
kemudian, pada saat aku sedang menyabuni
tubuhku. Penisku terasa menegang melihat
tubuh telanjang istriku sambil masih terbayang
permainannya tadi di Club.
Aku terbayang betapa erotisnya mereka
bergoyang dan betapa air maniku juga hampir
menyembur tatkala Lena mencapai orgasme.
Hentakan dan kedutan pinggulnya yang liar saat
dia mencapai puncak birahinya terus menari-nari
di kepalaku membuatku tak sadar mengelus
sendiri penisku yang 22 cm sudah sangat
tegang.
Lena terperangah melihat ulahku itu. Lalu dia
mulai mengerti dan tersenyum penuh arti. Dia
mendekatiku dan melekatkan payudara
montoknya ke punggungku.
“So, that was a turn-on for you, eh?” sambil
berkata begitu tangannya mengusap pundakku,
terus turun ke lenganku dan bergerak ke arah
selangkanganku.
Sampai di sana, tangannya mengambil alih
kegiatan tanganku yang sedang mengelus
penisku turun naik. Merinding aku dibuatnya,
pinggulku sedikit tersentak, dan napasku jadi
tertahan. Kepala penisku yang keunguan dan
sudah mengeluarkan “pre-cum”nya jadi semakin
licin dan nikmat terasa dengan adanya sabun
yang dibalurkan istriku.
“Kalau digituin terus, aku bakalan keluar,
sayang.” kataku setengah berbisik.
“Kamu seksi sekali tadi. Did you cum on the
dance floor?”
“Ehmm.. What do you think?” Lena terus
mengocok pelan penisku. Kurasakan air maniku
akan segera menyembur. Aku yakin Lena juga
merasakannya.
“Sayang, kontol kamu rasanya udah gede
banget dan anget. Are you cumming, baby?”
Namun begitu Lena malah makin perlahan
mengocoknya, dan genggamannya
diperlonggar.
Jarinya tiba-tiba menekan pangkal penisku untuk
menahan gelombang air mani yang akan segera
meluap. Aku jadi blingsatan dibuatnya.
“Aduh, aku udah hampir sampai tuh, tadi.” Aku
protes sambil mencoba mengocok sendiri
penisku. Tapi tanganku dipegangnya.
“Eit, kamu nggak boleh ngocok sendiri. Sabar
dong, sayang. Let’s finish up and go to bed.”
Sambil mengecup bibirku ringan, Lena bergegas
mandi dan setelah selesai mengeringkan rambut
dan tubuhnya. Ia lalu masuk ke dalam selimut
dengan tubuh polos. Aku mengikutinya dengan
semangat di sebelah kanannya.
Dengan lembut Lena mengelus penisku yang
sudah agak melemah di dalam selimut. Penisku
tiba-tiba bangkit kembali dan berdiri dengan
tegar. Lena lalu mulai mengocok penisku lagi
sambil menghisap dan menjilati puting kiriku.
Cairan dari penisku sanaget nikmat dijadikan
pelumas oleh istriku. Kurasakan juga kedua biji
pelirku dielus dan sedikit diremasnya. Benar-
benar gelisah aku dibuatnya.
“Aku bilang sama Adam bahwa dia ganteng, dan
aku pingin joget sama dia.” Tanpa ba-bi-bu Lena
mulai bercerita. Ternyata lelaki itu bernama
Adam.
“Dia OK aja, lalu kugandeng dia turun.” Suaranya
mendesah dan setengah berbisik.
Daun telingaku dan leherku diciumi dan dijilatinya
lembut. Penisku kurasakan makin tegang dan
benar-benar mulai membasah.
“Waktu sedang asik-asiknya berjoget, aku
ngerasa tangannya kok jadi berani dan
mengelus-elus pantatku. Tapi aku diamkan saja,
karena kupikir, ‘Let’s play the game’. Terus
terang aku jadi horny digitukan.” Demikian cetus
Lena sambil jilatannya mulai turun ke dada dan
perutku.
Agak geli rasanya saat perutku dijilatnya, tapi tak
lama karena lalu kepala penisku jadi sasarannya.
“Aahh..” setengah berteriak aku merasakan
kehangatan mulut istriku yang menjilati dan
mulai mengulum kepala penisku.
“Masukkan sampai dalam, sayang.. Oohh..
Hisap, sayang.. Eemmhh.. Eemmhh.. Aahh..”
aku mulai meracau merasakan kenikmatan yang
luar biasa.
Mendadak Lena melepaskan penisku dari
mulutnya, lalu meludahi kepalanya sedikit sambil
terus mengocoknya pelan dan berkata.
“Adam membisikiku katanya ‘kamu seksi sekali.
Saya suka wanita yang memakai G-string. Very
sexy!’ Aku tertawa saja mendengarnya, tapi
senang juga dipuji begitu.”
Tangannya membuat gerakan seperti memelintir
naik-turun penisku dan menggenggamnya agak
keras, membuatku mendelik-delik keenakan.
“Aku bilang juga sama dia, ‘kamu juga macho
banget sih, bikin aku horny aja’. Suaraku kubuat
seseksi mungkin supaya dia makin berani.”
Setelah berkata begitu, lagi-lagi penisku jadi
sasaran hisapan mulutnya dan jilatan lidahnya.
Ohh, nikmatnya tidak terkira.
“Terus terang memekku basah sekali waktu itu.
Apalagi waktu kita bergerak-gerak memutar. Aku
bisa ngerasin kontolnya Adam menekan clit-ku.
Aku jadi sadar kalau dia juga pasti merasakan
juga clit-ku di kontolnya. It makes me so
horny..” Kulihat jari istriku bermain di kelentitnya
dalam posisi menungging. Seksi sekali. Bau
kewanitaannya mulai menusuk hidungku dan
menambah birahiku.
Aku tak tahan lagi, kurengkuh tubuh istriku, dan
saat dia masih dalam posisi menungging,
kusodokan penisku perlahan ke dalam
memeknya. Ahh.. Basah, hangat dan terasa
berdenyut lembut. Kukeluar-masukkan dengan
mantap penisku sambil kucengkram pinggulnya
erat.
“Oohh, baby.. Fuck me.. Fuck me.. Oouughh..
Enak banget sayang..” Lena terengah-engah
dalam birahinya yang liar. Pinggulnya bergerak
maju-mundur menambah dalam terobosan
penisku dengan sangat erotis.. Buah dadanya
berguncang-guncang ke depan dan ke belakang
membuatku ingin menjamah dan meremasnya.
Namun tanganku malah bergerak ke kelentitnya
dan mengosok-gosoknya lembut dengan jari
tengahku. Hal itu membuatnya makin
berkelojotan.
“Shit.. Baby, aku pingin keluar.. Ooughh..
Cepetin kontol kamu, sayang.. Oohh..” Lena
benar-benar mendekati puncak birahinya. Saat
kepalanya menoleh kearahku, kusambut &
kukulum bibirnya dan kuhentikan gerakanku.
Tangan kiriku meremas buah dada kirinya
dengan gemas.
“Kok stop, sayang? Ayo dong, sayang..” Lena
dengan gelisah berusaha memaju-mundurkan
pinggulnya, tapi kutahan dengan sekuat tenaga
dengan mencengkram pinggulnya. Tapi aku
tetap membiarkan penisku di dalam vaginanya.
Kuperhatikan ada cairan putih kental di pangkal
penisku yang adalah cairan birahi istriku yang
sudah membanjir.
“Continue your story atau aku akan berhenti di
sini.” Sambil berkata begitu, aku terus
mengosok-gosok kelentitnya pelan untuk
membuatnya makin bernapsu. Kuremas lembut
buah dadanya dan kumainkan pentilnya yang
sudah sangat keras. Kurasakan vaginanya
berdenyut pelan beberapa kali.
“Waktu sudah beberapa saat kontol menekan
memekku, aku tahu kalau aku nggak akan
berhenti sampai aku orgasme. Enak sekali
soalnya.” Lena melanjutkan ceritanya. Akupun
mulai menggoyang pantatku lagi.
“Aku benar-benar nggak peduli lagi siapa yang
ngelihat atau apa yang bakalan terjadi nantinya.”
“Lalu aku putuskan untuk benar-benar mendapat
orgasme. Ku cengkram pantatnya supaya lebih
mantap dan aku bergerak naik-turun karena
dengan begitu aku yakin bisa lebih cepat. Dan
Adam mengerti yang aku mau kerena kurasakan
dia juga menyengkram pantatku dengan erat
sehingga gesekannya sangat terasa..” sambil
bercerita Lena memaju-mundurkan pinggulnya
menyambut kontolku.
Aku lalu mencabut kontolku dan telentang di
ranjang. Lena mengerti maksudku dan dengan
cepat menaiki tubuhku dan memasukkan
penisku ke dalam vaginanya yang sudah sangat
basah. Cairan birahinya terlihat meleleh di paha
bagian dalamnya. Tubuhnya yang bergerakn
naik-turun-memutar mutar sangat seksi luar
biasa dan aku merasa tidak lama lagi akan
menyemburkan air maniku di dalam vaginanya.
Penisku terasa demikian nikmat di dalam pijatan
dan gesekan vagina istriku. Kuremas kedua buah
dadanya yang bergelayut manja dan bergoyang
kekiri dan kekanan.
“Benar aja, nggak lama kemudian aku ngerasa
orgasmeku udah makin dekat dan akupun
semakin cepat ingin mencapainya.” Lena
melanjutkan ceritanya.
“Oouugghh.. Baby.. I’m cumming.. Oohh, I’m
gonna cum.. Yess.. Aagghh..!” Lena berteriak
keras saat puncak kenikmatan birahi
menyergapnya.
Aku bergerak semakin cepat dan liar. Kuremas
pantatnya, dan kusodok-sodokkan penisku
dengan cepat ke dalam vaginanya yang
berkedutan sangat kuat, berkali-kali.
“Yaahh.. Aagghh.. Oh fuck.. Aku juga mau
keluar, sayaang.. Aahh.. Aarrgghh..!! Dengan
beberapa kali sodokan kuat dan cepat aku
mencapai orgasmeku yang tertunda begitu
lama. Tubuhku terasa enteng dan melayang..
Kukeluar-masukkan terus penisku beberapa kali
lagi sampai kurasakan tuntas semburan air
maniku. Vagina istriku berdenyut-denyut kuat
beberapa kali menambah indah orgasme kami.
Lena ambruk di atas tubuhku. Hanya napas
terengah kami berdua yang terdengar
bersahutan. Tubuh kami terasa licin oleh keringat
yang membanjir. Kuelus-elus lembut punggung
dan pantat telanjang istriku, sambil kucium
kepalanya. Buah dadanya naik-turun seirama
dengan napasnya terasa lembut di atas dadaku.
Amat nikmat permainan seks kami kali ini.
Mungkin aku akan membuat tantangan-
tantangan baru untuk istriku lagi nanti. Hmm..
But it’s a different story!


Adult | GO HOME | Exit
1/1415
U-ON

inc Powered by Xtgem.com